lagi lagi aku mendapati ibuku yang diam
diam menatapku, saat dia pikir aku tak menyadarinya. jelas kulihat dari sudut
mataku, dia menatapku. Dan jika kuterjemahkan, dia menggumamkan sejuta doa
untukku. Untukku yang kadang selalu membantahnya. Yang mempunyai seribu alasan
ketika dia menyuruhku membuatkan teh untuknya, sekedar memijat kaki dan
tangannya yang lelah. Dan inilah yang semakin menggores hatiku.. saat dia
menatapku seperti ini. Tatapan yang penuh harapan, dimana dia meletakkan
tumpuan padaku "kamu akan membuatku bangga,nak". Seperti menamparku
bahwa sampai detik ini, aku belum bisa menjadi apa yang dia inginkan.
Meluluskan permintaannya pun aku belum mampu. Dan bagaimana bisa aku
mengingkari janjiku sendiri? aku memang tak pernah berjanji padanya. Hanya
janjiku sendiri, bahwa aku menjaga apa yang selalu dia tekankan padaku. Bahwa
setidaknya, walaupun aku belum bisa membuatnya bangga, paling tidak.. aku tak
membuatnya malu. Bagaimana bisa??? bagaimana bisa aku akan mengingkari janjiku
pada diriku sendiri? yang seandainya tetap kuingkari dan ibuku tak tahu, dan
meskipun dia tahu, dia hanya akan diam. Menangis dalam sujudnya di setiap
malam. Dan bukankah itu hanya akan membuatku semakin tersiksa.. tak bisa
menceritakan segalanya padanya lagi? dan ketika kulihat dia memperhatikan aku
lagi, seketika aku seperti diguyur air sedingin es.. bahwa selama ini aku
banyak menyakitinya dalam diamku. Lagi-lagi
aku mendapati ibuku diam-diam memperhatikanku dengan sejuta gumaman doa dan
tumpuan untukku.
0 komentar:
Post a Comment