Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita
inginkan. Gue tahu teori ini. Tapi yang gue gak tahu, gak ngerti, kenapa harus
kek gitu. Awalnya gue mikir, hal yang kita pengen kan berarti yang kita
butuhin??karena kebutuhan itu kan ampas dari keinginan?bener gak sih? Then, I
find the answer. That’s wrong.
Gue gak tahu sih kapan pemikiran gue yang ‘random’ banget
ini bisa mikir serius, ketata dan ‘rada’ lurus. Mungkin karena pengaruh usia
kali yee? Gue udah bukan ababil (seharusnya) lagi kan? So, bisa jadi itulah
pemicunya..
Tuhan emang maha segalanya. Tahu mana yang terbaik buat
umatNya. ‘Tuhan memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita pengen’. Gue ngerti
sekarang. Apa yang kita butuhin tu emang yang bener-bener kita butuhin,
bener-bener yang berguna buat kita, gak bakal sia-sia. Gimana soal ‘keinginan’
? emm… menurut gue, keinginan itu semacem ambisi. Dimana didalemnya selalu ada
tendensi. Gue gak bilang kalau keinginan itu useless, kebalikannya kebutuhan.
Keinginan itu malah terkadang bisa jadi pemicu sebuah awal dari mimpi besar,
yang gak jarang membuat kita menjadi lebih meyakini suatu hal. Tapi terkadang,
keinginan itu hampir 75% adalah saripati nafsu. Seperti yang gue bilang tadi,
Tuhan tahu yang terbaik buat umatnya, and I believe that !
Tangan gue mendorong pintu kaca di depan gue, disambut suara
‘selamat datang di alfama*t, selamat berbelanja’ dan wushh… tiupan udara dingin
khas pendingin ruangan. Gue berniat tersenyum membalas ucapan mbak kasir yang
bening itu, tapi langsung gue urunging. Percuma juga. Gue masih make hoodie,
kepala gue gak keliatan, apalagi wajah gue. Gue langsung menuju rak faciam
foam, seperti niat dari rumah tadi, ngebeli Nivea Visage. Gue langsung duduk
bersila di lantai, gue gak tahu kenapa gue malah glangsar di sini. Liatin
deretan facial foam di depan gue. Pikirian gue mullai beraksi lagi.
Gue udah biasa ‘gak bisa dapetin apa yang gue pengen’. Mulai
dari mainan, kakak, meja kelas, beasiswa bahkan… orang yang gue suka. Tapi gue
mikir, mungkin aja, apa yang gue pengen itu bukan yang bener-bener gue butuhin.
Gue gak bilang gue yakin, gue terima. Gue cuman ‘mencoba percaya, mencoba
yakin’ sama rencana Tuhan. Karena inilah hidup, kita ini wayang. Bukan Dalang.
Seseorang berhenti di samping gue, sepertinya mengambil facial
foam, kemudian berlalu. Gue beranjak, dengan nivea visage di genggaman gue.
Setengah jongkok, masih menatap jejeran facial foam di depan gue, sekedar
mengulur waktu beberapa detik untukl mencairkan otak gue yang kalut. Menurunkan
hoodie di kepala dan berdiri.
Tepat saat itu, dihadapan gue, Ang, diseberang rak. Masih
inget Ang yang gue omongin?
Gue gak tahu kenapa kami ada di tempat yang sama. Ang
mendongak. “hey…”, sapapku kikuk.
Ekspresi Ang datar, “hey.. gue duluan ya”, kemudian berjalan
ke kasir. Meninggalkan semacam hantaman di perutku, seperti ada yang jatuh ke
dasarnya. Aku tertunduk. Begitulah Ang akhir-akhir ini. Seperti…. Menjaga jarak
denganku. Terlalu kikuk jika kusebut ‘biasa’.
Secara teori aku hafal, mungkin itu kode darinya. Dimulai
dari amat jarangnya bbm gue di bale, sapa gue yang di ‘biasa sajain’ , jengah
ketika berpapasan dan sebisa mungkin tidak di tempat yang sama dalam satu
waktu. Padahal Ang dan gue satu RW. Itu kode bahwa gue ‘gak diinginkan’
Perlahan gue berjalan ke kasir, setelah Ang menutup pintu
kaca bertuliskan “TARIK” di daun pintunya. Gue menyerahkan nivea gue ka kasir
yang dengan otomatis bertanya “ada kartu AlfaMa*t mb?”. Gue menggeleng.
Ada dua opsi dalam kasus seperti ini, maju atau mundur.
Mundur, itu hal yang palingbijaksana yang gue tahu. Dimana gue harus nglepasin
perasaan gue dan memutar jalan sejauh mungkin buat maju ke depan. Melewati
noktah berlabel “Anggara”.
“terimakasih telah berbelanja”. Gue tersenyum sekilas,
kemudian berbalik menghadapi pintu tempat Ang keluar tadi. Gue tersenyum penuh.
Gue akan menghadapi apa yang ada di depan gue. Kenyataan bahwa semua niat dan
usaha gue ‘dibiasa sajain’. Gue adepin :D walaupun tarohannya galau gue makin
kronis dan gak tanggung-tanggung bakal masuk stadium akhir. Karena sepereti
Everlong, gak ada neraka untuk hati yang terluka, Patah hati adalah biasa.
Muahahahhaah . dieeeeeeeeeeeeeeeeeeyyyyssss
0 komentar:
Post a Comment