6.1.13 - 0 komentar

teori lagi (?) ep : Patah Hati


Tuhan memberi apa yang kita butuhkan, bukan yang kita inginkan. Gue tahu teori ini. Tapi yang gue gak tahu, gak ngerti, kenapa harus kek gitu. Awalnya gue mikir, hal yang kita pengen kan berarti yang kita butuhin??karena kebutuhan itu kan ampas dari keinginan?bener gak sih? Then, I find the answer. That’s wrong.
Gue gak tahu sih kapan pemikiran gue yang ‘random’ banget ini bisa mikir serius, ketata dan ‘rada’ lurus. Mungkin karena pengaruh usia kali yee? Gue udah bukan ababil (seharusnya) lagi kan? So, bisa jadi itulah pemicunya..
Tuhan emang maha segalanya. Tahu mana yang terbaik buat umatNya. ‘Tuhan memberi yang kita butuhkan, bukan yang kita pengen’. Gue ngerti sekarang. Apa yang kita butuhin tu emang yang bener-bener kita butuhin, bener-bener yang berguna buat kita, gak bakal sia-sia. Gimana soal ‘keinginan’ ? emm… menurut gue, keinginan itu semacem ambisi. Dimana didalemnya selalu ada tendensi. Gue gak bilang kalau keinginan itu useless, kebalikannya kebutuhan. Keinginan itu malah terkadang bisa jadi pemicu sebuah awal dari mimpi besar, yang gak jarang membuat kita menjadi lebih meyakini suatu hal. Tapi terkadang, keinginan itu hampir 75% adalah saripati nafsu. Seperti yang gue bilang tadi, Tuhan tahu yang terbaik buat umatnya, and I believe that !

Tangan gue mendorong pintu kaca di depan gue, disambut suara ‘selamat datang di alfama*t, selamat berbelanja’ dan wushh… tiupan udara dingin khas pendingin ruangan. Gue berniat tersenyum membalas ucapan mbak kasir yang bening itu, tapi langsung gue urunging. Percuma juga. Gue masih make hoodie, kepala gue gak keliatan, apalagi wajah gue. Gue langsung menuju rak faciam foam, seperti niat dari rumah tadi, ngebeli Nivea Visage. Gue langsung duduk bersila di lantai, gue gak tahu kenapa gue malah glangsar di sini. Liatin deretan facial foam di depan gue. Pikirian gue mullai beraksi lagi.

Gue udah biasa ‘gak bisa dapetin apa yang gue pengen’. Mulai dari mainan, kakak, meja kelas, beasiswa bahkan… orang yang gue suka. Tapi gue mikir, mungkin aja, apa yang gue pengen itu bukan yang bener-bener gue butuhin. Gue gak bilang gue yakin, gue terima. Gue cuman ‘mencoba percaya, mencoba yakin’ sama rencana Tuhan. Karena inilah hidup, kita ini wayang. Bukan Dalang.
Seseorang berhenti di samping gue, sepertinya mengambil facial foam, kemudian berlalu. Gue beranjak, dengan nivea visage di genggaman gue. Setengah jongkok, masih menatap jejeran facial foam di depan gue, sekedar mengulur waktu beberapa detik untukl mencairkan otak gue yang kalut. Menurunkan hoodie di kepala dan berdiri.
Tepat saat itu, dihadapan gue, Ang, diseberang rak. Masih inget Ang yang gue omongin?
Gue gak tahu kenapa kami ada di tempat yang sama. Ang mendongak. “hey…”, sapapku kikuk.
Ekspresi Ang datar, “hey.. gue duluan ya”, kemudian berjalan ke kasir. Meninggalkan semacam hantaman di perutku, seperti ada yang jatuh ke dasarnya. Aku tertunduk. Begitulah Ang akhir-akhir ini. Seperti…. Menjaga jarak denganku. Terlalu kikuk jika kusebut ‘biasa’.
Secara teori aku hafal, mungkin itu kode darinya. Dimulai dari amat jarangnya bbm gue di bale, sapa gue yang di ‘biasa sajain’ , jengah ketika berpapasan dan sebisa mungkin tidak di tempat yang sama dalam satu waktu. Padahal Ang dan gue satu RW. Itu kode bahwa gue ‘gak diinginkan’

Perlahan gue berjalan ke kasir, setelah Ang menutup pintu kaca bertuliskan “TARIK” di daun pintunya. Gue menyerahkan nivea gue ka kasir yang dengan otomatis bertanya “ada kartu AlfaMa*t mb?”. Gue menggeleng.
Ada dua opsi dalam kasus seperti ini, maju atau mundur. Mundur, itu hal yang palingbijaksana yang gue tahu. Dimana gue harus nglepasin perasaan gue dan memutar jalan sejauh mungkin buat maju ke depan. Melewati noktah berlabel “Anggara”.
“terimakasih telah berbelanja”. Gue tersenyum sekilas, kemudian berbalik menghadapi pintu tempat Ang keluar tadi. Gue tersenyum penuh. Gue akan menghadapi apa yang ada di depan gue. Kenyataan bahwa semua niat dan usaha gue ‘dibiasa sajain’. Gue adepin :D walaupun tarohannya galau gue makin kronis dan gak tanggung-tanggung bakal masuk stadium akhir. Karena sepereti Everlong, gak ada neraka untuk hati yang terluka, Patah hati adalah biasa. Muahahahhaah . dieeeeeeeeeeeeeeeeeeyyyyssss

0 komentar:

Dancing Robot Black Blue Heart